![]() |
Dua pelanggaran yang semestinya tak terjadi penalti jika menggunakan Var (foto:dok Boombastis) |
BOOMBASTIS.COM- Dua insiden dalam piala Presiden 2022 menunjukkan bahwa kualitas wasit di Indonesia masih jauh dibawa standar.
Pertama, pelanggaran gelandang muda PSM Makassar, Ananda Raehan di penghujung laga antara Pasukan Ramang melawan Persikabo 1973.
Anehnya, dalam tayangan ulang terlihat dengan jelas sapuan kaki Ananda yang menjatuhkan striker lawan terjadi di luar garis kotak penalti.
Wasit kemudian menunjuk titik putih. Keputusan ini sempat diprotes tim PSM Makassar. Namun pada akhirnya mereka menerima dan merelakan timnya kalah akibat keputusan kontroversial dari wasit.
Kasus kedua, di hari yang sama Pertandiangan di Grup D lainnya antara Arema FC melawan Persik Kediri.
Pelanggaran pemain Persik di luar kotak penalti pada menit akhir juga berbuah tendangan 12 pas.
Publik sepakbola tanah air kemudian meneriakkan agar PSSI dan PT LIB menggunakan teknologi Var. Hal itu untuk memudahkan wasit dalam bekerja serta mencegah keputusan-keputusan yang dapat menimbulkan kontroversial.
Namun jauh-jauh hari, Wakil Ketua Umum PSSI periode 2016–2023, Iwan Budianto mengatakan, Var belum saatnya digunakan di Indonesia.
"Sebenarnya, jika diterapkan teknologi VAR maka ke Anggunan dalam sepakbola jadi hilang. Sepak bola sebenarnya menarik karena dipimpin wasit manusia, itu salah satu sisi menariknya sepakbola, sehingga ada emosi, kalau ada keputusan kontroversial, kalau semua serba teknologi, lebih baik main playstation saja sana," kata, pria yang juga CEO Arema itu.