BACA NOVEL GRATIS l: Bab 137 Novel Twilight (NEW MOON) – EPILOG—KESEPAKATAN - Baca Di Sini -->

BACA NOVEL GRATIS l: Bab 137 Novel Twilight (NEW MOON) – EPILOG—KESEPAKATAN - Baca Di Sini

Editor: Ramond Kurniawan
Jumat, 16 Desember 2022


Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.


Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.


Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.


Ok, Silahkan baca novel Twilight (New Moon) Bab 137 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.



Mata Jacob menyala-nyala oleh kebencian saat ia me berengut marah pada Edward.


"Aduh, Jake!" erangku.


"Aku memang sudah dihukum! Memangnya kaukira kenapa aku tidak ke La Push dan menendang bokongmu karena kau tidak mau menerima teleponku?" Mata Jacob berkelebat ke arahku, untuk pertama kalinya tampak bingung.


"Jadi karena itu?" tanyanya, kemudian ia mengunci mulut rapat-rapat, seperti menyesal telah kelepasan bicara.


"Dia kira akulah yang tidak mengizinkan, bukan Charlie," Edward menjelaskan lagi.


"Hentikan," bentak Jacob.


Edward tidak menanggapi. Jacob bergetar hebat, kemudian ia menggertakkan giginya sekeras kepalan tangannya.


"Ternyata Bella tidak melebih-lebihkan waktu dia bercerita tentang... kemampuanmu," katanya dari sela-sela giginya.


"Jadi kau pasti sudah tahu kenapa aku datang ke sini"


"Benar," jawab Edward lirih.


"Tapi, sebelum kau mulai, aku perlu mengatakan sesuatu." Jacob menunggu, membuka dan menutup telapak tangannya sementara berusaha mengendalikan getaran tubuhnya yang merayapi kedua lengan.


"Terima kasih," ucap Edward, dan suaranya bergetar karena ketulusan hatinya.


"Aku tidak akan pernah bisa mengungkapkan betapa besarnya rasa terima kasihku padamu. Aku berutang budi padamu sepanjang sisa... eksistensiku”. Jacob menatapnya dengan pandangan kosong getaran tubuhnya langsung berhenti. Ia melirik cepat ke arahku, rapi raut wajahku sama bingungnya.


"Karena kau telah menjaga Bella," Edward mengklarifikasi, suaranya parau dan bersungguhTiraikasih sungguh.


"Saat aku... tidak ada untuk menjaganya."


"Edward" aku membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Edward mengangkat sebelah tangan, matanya tertuju kepada Jacob. Ekspresi mengerti menyapu wajah Jacob sesaat sebelum topeng keras itu kembali.


"Aku tidak melakukannya untukmu.”


“Aku tahu. Tapi itu tidak menghapus perasaan terima kasih yang kurasakan. Kurasa kau perlu tahu. Seandainya ada yang bisa kulakukan untukmu, selama itu masih dalam kekuasaanku..." Jacob mengangkat sebelah alisnya yang hitam. Edward menggeleng.


"Aku tidak punya kuasa dalam hal itu.”


"Kuasa siapa, kalau begitu?" geram Jacob.


Edward menunduk menatapku.


"Kuasanya. Aku cepat belajar, Jacob Black, jadi aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama dua kali. Aku akan tetap di sini sampai dia menyuruhku pergi." Sejenak aku terhanyut dalam tatapan mata emasnya.


Tidak sulit memahami bagian percakapan yang tak bisa kudengar itu. Satusatunya yang diinginkan Jacob dari Edward adalah pergi dari sini.


“Tidak akan," bisikku, mataku masih terpaku pada mata Edward.


Jacob membuat suara seperti mau muntah.


Dengan enggan kualihkan tatapanku dari mata Edward, memandang Jacob dengan kening berkerut.


"Ada hal lain yang kubutuhkan, Jacob? Kau ingin aku kena masalah – misimu sudah tercapai. Bisa jadi Charlie akan mengirimku ke sekolah militer. Tapi itu tidak akan bisa membuatku menjauhi Edward. Tidak ada yang bisa melakukan hal itu. Jadi, apa lagi yang kauinginkan?" Jacob tak mengalihkan tatapannya dari Edward.


"Aku hanya perlu mengingatkan teman-temanmu yang suka mengisap darah itu tentang beberapa poin penting dalam kesepakatan yang telah mereka sepakati. Hanya karena perjanjian itulah aku tidak mengoyak-ngoyak leher mereka saat ini juga."


"Kami belum lupa," sergah Edward, dan pada saat yang bersamaan aku menuntut,


"Poin-poin penting apa?" Jacob masih memandang Edward garang, tapi ia menjawab pertanyaanku.


"Kesepakatan itu sangat spesifik. Kalau salah seorang di antara mereka menggigit manusia, gencatan senjata berakhir. Menggigit, bukan membunuh," ia menekankan.


Akhirnya, ia menatapku. Sorot matanya dingin. Detik ini juga aku menangkap maksudnya, kemudian wajahku berubah sedingin wajahnya.


"Itu sama sekali bukan urusanmu."


"Enak saja—" hanya itu yang sanggup dilontarkan Jacob.


Aku tidak mengira jawabanku yang terburuburu akan mendatangkan respons sekeras itu.


Meski datang untuk menyampaikan peringatan itu, Jacob pasti tidak tahu. Ia pasti mengira peringatan itu hanya sebagai tindakan pencegahan. Ia tidak sadar – atau tidak mau percaya – bahwa aku telah menentukan pilihan.


Bahwa aku benar-benar berniat menjadi anggota keluarga Cullen. Jawabanku membuat Jacob nyaris kejangkejang. Ia menempelkan tinjunya kuat-kuat ke pelipis, memejamkan mata rapat-rapat dan membungkuk seperti berusaha mengendalikan entakan-entakan tubuhnya. Wajahnya berubah hijau ke-kuningan di balik kulitnya yang cokelat kemerahan.


“Jake? Kau baik-baik saja?" tanyaku cemas.


Aku maju setengah langkah menghampirinya, tapi Edward menyambar tubuhku dan menarikku dengan kasar ke belakangnya.


"Hati-hati! Dia tidak bisa menguasai diri,” ia mengingatkanku. Tapi entah bagaimana Jacob sudah bisa menguasai diri; hanya kedua lengannya yang gemetar sekarang. Ia merengut menatap Edward dengan kebencian menyala-nyala.


"Ugh, Aku takkan mungkin menyakitinya." Perubahan tekanan dalam kalimat Jacob barusan tidak luput dari perhatian Edward maupun aku, begitu juga dengan tuduhan yang tersirat di dalamnya.


Desisan pelan terlontar dari bibir Edward. Refleks Jacob mengepalkan tinjunya.


"BELLA!" raungan Charlie membahana dari arah rumah.


"MASUK KE RUMAH SEKARANG JUGA!"


Kami langsung membeku, mendengarkan kesunyian yang mengikutinya.


Penutup Novel Twilight (New Moon) – EPILOG—KESEPAKATAN Bab 137


Gimana Novel twilight (New Moon) – Port KESEPAKATAN Bab 137 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.


close